lelaki itu masih terdiam berlama lama dalam persimpangan menghirup asap madat pada setangkai mawar yang selalu membuatnya nanar tubuhnya bergeletar menggeliat dalam pelukan bayang bayang samar panca indranya lumpuh dan ketajaman nalurinya tak lebih dari separuh lelaki itu masih tetap terdiam ketika setitik cahaya terbit dikejauhan sedikit menghangatkan nalurinya yang beku terlalu lama bercengkerama dengan candu matanya masih merah mungkin amarah mungkin juga resah tak mampu membaca arah kiri atau kanan menuju mimpinya yang indah