lelaki itu masih terdiam
berlama lama dalam persimpangan
menghirup asap madat pada setangkai mawar
yang selalu membuatnya nanar
tubuhnya bergeletar
menggeliat dalam pelukan bayang bayang samar
panca indranya lumpuh
dan ketajaman nalurinya tak lebih dari separuh
lelaki itu masih tetap terdiam
ketika setitik cahaya terbit dikejauhan
sedikit menghangatkan nalurinya yang beku
terlalu lama bercengkerama dengan candu
matanya masih merah
mungkin amarah mungkin juga resah
tak mampu membaca arah
kiri atau kanan menuju mimpinya yang indah
berlama lama dalam persimpangan
menghirup asap madat pada setangkai mawar
yang selalu membuatnya nanar
tubuhnya bergeletar
menggeliat dalam pelukan bayang bayang samar
panca indranya lumpuh
dan ketajaman nalurinya tak lebih dari separuh
lelaki itu masih tetap terdiam
ketika setitik cahaya terbit dikejauhan
sedikit menghangatkan nalurinya yang beku
terlalu lama bercengkerama dengan candu
matanya masih merah
mungkin amarah mungkin juga resah
tak mampu membaca arah
kiri atau kanan menuju mimpinya yang indah
Komentar