Langsung ke konten utama

dinding

pada sebuah dinding kutemukan selembar soneta
sajak tentang kehangatan tanpa silsilah
cinta yang diselimuti gumpalan gumpalan rindu
dendam dalam bentangan jarak dan waktu

bunga dibiarkan liar tanpa kekangan
menyingkap kelopak api berselimut bara
membakar sayap sayap kering lebah menggelepar
bersama dalam irama kidung asmara yang tertumpah

tali temali diikatkan tanpa simpul
melilit garis garis patah tanpa celah
menjelma sebentuk busur tanpa anak panah

jemari melukis pecahan mimpi
janji janji yang tak pernah diikatkan
hanya pada malam genggaman dieratkan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Malam

Aku belajar pada malam Tentang waktu yang melambat Tentang hati yang tercekat Tentang purnama Tentang menunggu dan kesabaran Tentang dingin dan penantian *** (Purnama itu selalu, walau jauh disana, walau hanya terlihat sebagian saja) Rangkasbitung, 03022023

Y

mungkin kamu hendak menopang langit dengan kedua lenganmu yang tak pernah gamit atau kamu ingin sampaikan kemenangan atas sengatan sengatan takdir yang tak sepadan mungkin kamu adalah jalan lurus yang tiba tiba bercabang atau ketapel yang sesekali melontar kelengkeng madu kali yang lain batu dan inis bambu tetapi kamu bukan huruf yang sepenuhnya mati kamu sering ada dan terbawa dalam kata kata yang didalamnya kamu tak ada seperti mimpi mimpi indahku tentangnya

meteor purba

rembulan mengendap menyambut pekat awan gelap yang pengap mengamini naluri yang gagap dingin membeku tanpa rindu hanya deru perselisihan batu yang gagu lalu sudut hatiku meremang ketika cahayamu gamang merentang dadaku bergelinjang cahayamu kirana adalah meteor purba menyala dalam hampa membakar semesta rasa