Langsung ke konten utama

perjalanan (waktu)

ketika tangisan pertamamu terdengar
memecah airmata bahagia yang dibalut senyuman
mereka yang telah dengan sepenuh cinta
mengharapkan adamu
empatratus enampuluh sembilan bulan yang lalu

lalu waktu memberimu kesempatan
menikmati masa setelah adam
senyum dan netra menelaga
mengendapkan resah dan lelah seisi rumah
melebur beribu penat menjadi semesta ceria

waktu juga mengenalkanmu
pada manisnya rasa merah jambu
saat kau menjelma mekar bebunga
nyaris sempurna kala remaja

pun waktu sempat melemparkanmu
kedalam lubang hampa sedingin kutub utara
luka yang menganga hampir menenggelamkanmu
gelisah di dasar nestapa

dan kini
memasuki awal kematangan usiamu
dengan segala yang waktu telah ajarkan padamu
kau memilih biru untuk menghijabi hatimu
mencoba setenang riak telaga
mengalir mengikuti waktu
yang hampir tak pernah mau menunggu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Malam

Aku belajar pada malam Tentang waktu yang melambat Tentang hati yang tercekat Tentang purnama Tentang menunggu dan kesabaran Tentang dingin dan penantian *** (Purnama itu selalu, walau jauh disana, walau hanya terlihat sebagian saja) Rangkasbitung, 03022023

Y

mungkin kamu hendak menopang langit dengan kedua lenganmu yang tak pernah gamit atau kamu ingin sampaikan kemenangan atas sengatan sengatan takdir yang tak sepadan mungkin kamu adalah jalan lurus yang tiba tiba bercabang atau ketapel yang sesekali melontar kelengkeng madu kali yang lain batu dan inis bambu tetapi kamu bukan huruf yang sepenuhnya mati kamu sering ada dan terbawa dalam kata kata yang didalamnya kamu tak ada seperti mimpi mimpi indahku tentangnya

meteor purba

rembulan mengendap menyambut pekat awan gelap yang pengap mengamini naluri yang gagap dingin membeku tanpa rindu hanya deru perselisihan batu yang gagu lalu sudut hatiku meremang ketika cahayamu gamang merentang dadaku bergelinjang cahayamu kirana adalah meteor purba menyala dalam hampa membakar semesta rasa