Langsung ke konten utama

pohon kelapa disamping jembatan

menegak kau sebelum awal pertemuan
seperti sengaja persaksikan dari jauhan
tetestetes rindu yang bertemu
gumpalgumpal gelora yang menyatu
aliran takdir alam yang saling menyambut berpagut
dalam setiap pusaran lalu berhimpitan menuju alur baru

dengan kaki terendam kau sengaja nikmati
jilatan lidahlidahnya, bahkan tanpa sungkan juga kau sesapi
liur yang selalu basah sampai hausmu terpuasi

menegak kau sebelum awal pertemuan
dalam tiap tamparan mentari belaian angin menyejukimu
pada tiap pekat malam kunangkunang menghinggapimu
maka dengan tegakmu tak perlu kau soal keadilan
bagimu
keadilan datang dengan atau tanpa jembatan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Malam

Aku belajar pada malam Tentang waktu yang melambat Tentang hati yang tercekat Tentang purnama Tentang menunggu dan kesabaran Tentang dingin dan penantian *** (Purnama itu selalu, walau jauh disana, walau hanya terlihat sebagian saja) Rangkasbitung, 03022023

Y

mungkin kamu hendak menopang langit dengan kedua lenganmu yang tak pernah gamit atau kamu ingin sampaikan kemenangan atas sengatan sengatan takdir yang tak sepadan mungkin kamu adalah jalan lurus yang tiba tiba bercabang atau ketapel yang sesekali melontar kelengkeng madu kali yang lain batu dan inis bambu tetapi kamu bukan huruf yang sepenuhnya mati kamu sering ada dan terbawa dalam kata kata yang didalamnya kamu tak ada seperti mimpi mimpi indahku tentangnya

meteor purba

rembulan mengendap menyambut pekat awan gelap yang pengap mengamini naluri yang gagap dingin membeku tanpa rindu hanya deru perselisihan batu yang gagu lalu sudut hatiku meremang ketika cahayamu gamang merentang dadaku bergelinjang cahayamu kirana adalah meteor purba menyala dalam hampa membakar semesta rasa