Langsung ke konten utama

repih

aku tatal kayu jati yang tercecer di pinggir setapak
kampak waktu menyerpihkanku
seperti ayunan ibrahim didada Sin
melemparku ke semak semak
ditepi jurang bersama pecahan dadanya

aku terggigil menatap jantung Sin
di bilik kanannya ada kamu tersenyum kepadaku
memintaku menuang anggur kedalam cawan
lalu minum bersamamu

didalam semak antara jurang dan setapak
aku tersungkur lalu kamu mendekapku hampir lebur
dan ketika kutatap hatimu
aku terisak serak hampir berteriak
tak kutemukan Kalijaga disana

aku lusuh ditepi jurang

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Malam

Aku belajar pada malam Tentang waktu yang melambat Tentang hati yang tercekat Tentang purnama Tentang menunggu dan kesabaran Tentang dingin dan penantian *** (Purnama itu selalu, walau jauh disana, walau hanya terlihat sebagian saja) Rangkasbitung, 03022023

Y

mungkin kamu hendak menopang langit dengan kedua lenganmu yang tak pernah gamit atau kamu ingin sampaikan kemenangan atas sengatan sengatan takdir yang tak sepadan mungkin kamu adalah jalan lurus yang tiba tiba bercabang atau ketapel yang sesekali melontar kelengkeng madu kali yang lain batu dan inis bambu tetapi kamu bukan huruf yang sepenuhnya mati kamu sering ada dan terbawa dalam kata kata yang didalamnya kamu tak ada seperti mimpi mimpi indahku tentangnya

meteor purba

rembulan mengendap menyambut pekat awan gelap yang pengap mengamini naluri yang gagap dingin membeku tanpa rindu hanya deru perselisihan batu yang gagu lalu sudut hatiku meremang ketika cahayamu gamang merentang dadaku bergelinjang cahayamu kirana adalah meteor purba menyala dalam hampa membakar semesta rasa