Langsung ke konten utama

patah

masa lalu itu menggigit
tak sudah mengunyah ngunyah perasaan
mengecup kulit kulit kenangan
mengulum batang batang ingatan
yang perkasa tegak di rongga kepala

masa lalu itu mencubit
menggelitik
menggerayangi titik titik rawan
membelai rambut rambut sanubari
lembut seperti cinta sang perawan

masa lalu itu menerkam
mencabik cabik kesadaran
merobek robek keyakinan
merencah susunan tulang belakang
dan melumpuhkan seluruh persendian

lalu dia hanya bisa mengalir
mengikuti desir yang berpasir
membasuh nafsu yang lusuh
tanpa embun di sahara
tetesan darah telah berujung melankolia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Malam

Aku belajar pada malam Tentang waktu yang melambat Tentang hati yang tercekat Tentang purnama Tentang menunggu dan kesabaran Tentang dingin dan penantian *** (Purnama itu selalu, walau jauh disana, walau hanya terlihat sebagian saja) Rangkasbitung, 03022023

Y

mungkin kamu hendak menopang langit dengan kedua lenganmu yang tak pernah gamit atau kamu ingin sampaikan kemenangan atas sengatan sengatan takdir yang tak sepadan mungkin kamu adalah jalan lurus yang tiba tiba bercabang atau ketapel yang sesekali melontar kelengkeng madu kali yang lain batu dan inis bambu tetapi kamu bukan huruf yang sepenuhnya mati kamu sering ada dan terbawa dalam kata kata yang didalamnya kamu tak ada seperti mimpi mimpi indahku tentangnya

meteor purba

rembulan mengendap menyambut pekat awan gelap yang pengap mengamini naluri yang gagap dingin membeku tanpa rindu hanya deru perselisihan batu yang gagu lalu sudut hatiku meremang ketika cahayamu gamang merentang dadaku bergelinjang cahayamu kirana adalah meteor purba menyala dalam hampa membakar semesta rasa