Langsung ke konten utama

ibu

aku tersesat
di belantara yang penuh madat
tanpa basah yang gerimis
hanya lumpur yang berbau amis

ibu
aku terbuang
saat engkau kendorkan kekang
saat engkau lepaskan selendang
nalarku belum cukup matang

waktu itu aku belum siap ibu
aku masih butuh jeweranmu
aku masih perlu tuntunanmu
aku masih butuh telunjukmu

tetapi itu bukan salahmu ibu
aku tau
engkau memberiku kepercayaan bukan beban
engkau mengantarku pada titian bukan tebing yang curam
engkau menyerahkanku pada pelindung dan penjaga
bukan pada hyena dan serigala

ibu
aku telah membuatmu kecewa
aku menjadi hyena aku menjadi serigala
hyena yang mencabikcabik harapan
serigala yang merobekrobek masa depan
dan membunuh keyakinan

tapi kesabaranmu tak pernah menipis ibu
kasih sayangmu tak pernah habis
aku sering membuat hatimu teriris

aku memohon maafmu ibu
tak menghargai basah keringatmu
menghabiskan air susumu
mengeringkan telaga air matamu

aku sering menggelapkan mendung diatas kepalamu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Malam

Aku belajar pada malam Tentang waktu yang melambat Tentang hati yang tercekat Tentang purnama Tentang menunggu dan kesabaran Tentang dingin dan penantian *** (Purnama itu selalu, walau jauh disana, walau hanya terlihat sebagian saja) Rangkasbitung, 03022023

Y

mungkin kamu hendak menopang langit dengan kedua lenganmu yang tak pernah gamit atau kamu ingin sampaikan kemenangan atas sengatan sengatan takdir yang tak sepadan mungkin kamu adalah jalan lurus yang tiba tiba bercabang atau ketapel yang sesekali melontar kelengkeng madu kali yang lain batu dan inis bambu tetapi kamu bukan huruf yang sepenuhnya mati kamu sering ada dan terbawa dalam kata kata yang didalamnya kamu tak ada seperti mimpi mimpi indahku tentangnya