Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2013

perjalanan (waktu)

ketika tangisan pertamamu terdengar memecah airmata bahagia yang dibalut senyuman mereka yang telah dengan sepenuh cinta mengharapkan adamu empatratus enampuluh sembilan bulan yang lalu lalu waktu memberimu kesempatan menikmati masa setelah adam senyum dan netra menelaga mengendapkan resah dan lelah seisi rumah melebur beribu penat menjadi semesta ceria waktu juga mengenalkanmu pada manisnya rasa merah jambu saat kau menjelma mekar bebunga nyaris sempurna kala remaja pun waktu sempat melemparkanmu kedalam lubang hampa sedingin kutub utara luka yang menganga hampir menenggelamkanmu gelisah di dasar nestapa dan kini memasuki awal kematangan usiamu dengan segala yang waktu telah ajarkan padamu kau memilih biru untuk menghijabi hatimu mencoba setenang riak telaga mengalir mengikuti waktu yang hampir tak pernah mau menunggu

(hampir) pupus

kukira musim akan segera berlalu basah akan segera musnah menetas kering yang segera mengiring terpapar ranting yang meranggas karena tanah telah mencadas namun awan meniris hujan masih menggerimis menitik di pucuk pupus dedaun memekarkan kuncup yang hampir menyerah diujung musim

terjatuh dipersimpangan waktu

hari sangat perawan memoles senyum mengembang keindahan menyeret lelaki hijau setumpul belati karatan dalam pelukan pelangi malam yang melenakan lelaki itu terkesima melupakan ayat ayat kehidupan membaur bersama kelam menyisikan titian membelakangi masa depan sesaat sebelum awal persimpangan waktu yang menentukan esoknya ia terjatuh menghempaskan mimpi sehancur serpihanserpihan tai gergaji masih terasa nyeri ketika terbangun menjumput seserpih mimpi tergenggam sepenuh hati mencoba menjaganya dan menegakkan langkah sebelum mampu mendaki sekali lagi Rangkasbitung pertengahan April 2013

kelak

akan ada sebuah bangku untuk kita duduk bersama merangkai cerita menganyam rasa seindah bungabunga yang saat ini bermekaran ditaman fantasi kita bila waktu itu tiba tak ku ikhlaskan sekelopakpun luruh bungabunga yang bermekaran dihatimu dan hatiku

pohon kelapa disamping jembatan

menegak kau sebelum awal pertemuan seperti sengaja persaksikan dari jauhan tetestetes rindu yang bertemu gumpalgumpal gelora yang menyatu aliran takdir alam yang saling menyambut berpagut dalam setiap pusaran lalu berhimpitan menuju alur baru dengan kaki terendam kau sengaja nikmati jilatan lidahlidahnya, bahkan tanpa sungkan juga kau sesapi liur yang selalu basah sampai hausmu terpuasi menegak kau sebelum awal pertemuan dalam tiap tamparan mentari belaian angin menyejukimu pada tiap pekat malam kunangkunang menghinggapimu maka dengan tegakmu tak perlu kau soal keadilan bagimu keadilan datang dengan atau tanpa jembatan

prasasti

lihatlah... masih sesudut kisah tak terisi dengan tulisantulisan cerita alinea tentang indahnya cinta goreskan kedalamnya aksara-aksara asmara lukis juga siluetsiluet rindu buat semua lebih bermakna lalu kita ukir indahnya menjadi prasasti yang abadi dihati