Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2013

tentang api

kekasih... kemarilah duduk disampingku raih jemariku dan kita bicara tentang rasa yang menyelimuti hatimuhatiku tentang api yang membakar tentang api yang menyejukkan hati tak hendak kupungkiri rasa terajut rindu terbalut cinta terpagut api yang tersulut membakar dan meletup gelora purba terlecut aku ingin kau tau kirana dalam kobarankobaran didada dalam bisikanbisikan suara dalam tiap irama kita apimu membakar semesta gulana menjelma kristalkristal salju bertahta dijantung rasa meresap keseluruh pembuluh rindu menyejukkan hatiku

kasmaran

riak menggemuruh cahyamu mendebur degup jantungku irama irama semesta  sutera kama cita nestapa menggelegak asmarandana meliuk mengembang mengepak sayap sayap gelisah menerbagkan letupanletupan angan memeluk safa dan marwah terbenam aku dalam dekapan terdalam rasa rindu yang selalu merajam kemarilah kuning melati benamkan aromamu kedasar hati hangat tersepi ijinkan kutuangi cawanmu dengan anggur anggur surgawi tuak dari sari pohon jati terbang bersamaku tenggelamkan aku dalam rekah bibirmu biarkan kusulam hatimu dengan benangbenang bermadu karena kesumba itu telah menjadi candu

sepi yang sempurna

pun sebelum cahaya tertelan malam ufuk barat merubah wajahnya jingga memesona lalu, haruskah matimu tanpa sebuah pertanda hingga aku tak bisa persiapkan bungabunga penghias pusara yang muncul tibatiba didada  

terminal terminal

langit sedikit redup bersama aroma kopi berbau kentut terminal tua itu terlarut mungkin teringat pada pantat pantat kenyal remaja yang tiap hari asik dirabainya atau pada punggung punggung belia yang dulu bersandar dan mesra diciuminya juga pada khas wangi sopir dan kernetnya angin mempercepat lajunya tertusuk dagu rapuhnya semakin dalam lukanya tercabut juga sehelai gentingnya atap yang dulu menaungi kegagahannya juga jiwa jiwa yang butuh keteduhannya dari derasnya hujan dan panasnya isi kepala kini... dalam sepi ia meratap sendiri hanya gerobak tua yang selalu lembut dibelainya dan alunan pujianpujian padaNya mendekap setiap gigil malamnya  terselimuti aroma dupa dari sebuah vihara juga tua aku.. hanya bisa menitip berita pada sepasang merpati yang bercengkrama 'terminal baru itupun terabai takberguna'

maaf, tak seharusnya aku begitu

tak mampu aku mengerti seluruh kalimatmu karena sebelum kepalaku mencerna kalimatmu menjelma rangkaian gerbong kereta pelan..melindas tubuhtubuh asa hancur menjadi debu debu cemburu menjelma balokbalok salju yang menghancurkan perahu kayuku yang mulai berlayar menuju rindumu rinduku menggelepar tercecer terbakar

terjaga

bangunlah jiwa rentangkan sayapmu sambut mentari menarilah hati menari dengan tarian yang tak mengebiri menari dalam iringan irama semesta lepaslah belenggu yang menelikung nurani semestinya hidup kujalani dengan gelinjang bahagia bukan rasa yang merana bila cinta bukan berarti memiliki tak berarti harus menyakiti rasamu juga egoku, hatiku juga keakuanmu hatimu seputih salju salju yang seharusnya kujaga untuk abadinya kristal kristal sakura tak semestinya kubiarkan menguap dan menjadi mendung di angkasa renjana mendung yang menyesakkan jiwa dan merantai kebebasanmu aku akan biarkan itu tetap seperti itu

ikhlas?

dinda.... lewat angin yang hampir mati malam ini airmatamu sampai rindu yang kau titipkan padanya menggores dalamnya rasa yang belum sirna meraja pun hatiku mendambamu bersama merenda kisah biru tetapi dinda... biarlah rasa yang tak pernah sirna itu lelap dalam sanubariku mungkin dia yang terbaik untukmu?

sebalah sayapku (masih?) patah

telah kupatahkan sebelah sayap yang malaikat sempat titipkan padaku sayap yang seharusnya menerbangkan duniaku mungkin waktu itu tanpa dirimu sayap sayap penuh warna yang tak mampu kujaga dengan bersihnya cinta kulumuri warna warna pelangi masa muda dengan tuak buah buah surga yang seharusnya belum untuk kunikmati? meninggalkan noktah buram semanis nila lalu.. engkau tiba kirana mengguyur sisa sisa sayapku dengan warna kesumba melukis imaji dengan sebelah sayap kucoba terbang lagi membawa hatimu walau aksaraaksara cintamu lebih rumit dari baitbait puisi selalu tak mampu kumaknai lebih misteri

batu

wahai kekasih..... lihatlah kedalam hatiku yang dipenuhi lautan hayal tentangmu wahai kekasih..... genggam indahnya rasaku rasa yang kau hadirkan dalam bersama nyala api dian wahai kekasih..... indahkan kembali mimpiku ukir kembali nafasmu lepaskan hasrat jadi satu rasa itu telah membatu
Ketahuilah... duhai cahaya lilinku aku sebatang kayu damar yang tak pernah habis getahnya untuk selalu menyalakan apimu karena riak riak kecil itu telah menjadi gelombang dihatiku