kabut masih menelungkup menikmati sisa pergumulan dengan tanah semalam bangun kesiangan seorang lelaki asik memainkan cangkulnya memangkur tanah majikan sekeras garis nasibnya semesta nestapa melingkarinya ditindih beban dicumbui kesengsaraan lengan gemetar digelayuti kemiskinan jiwa menggeletar selalu disetubuhi penderitaan perih menciumi seluruh lekukan hidupnya semakin tak berdaya matahari bangun sedikit kesiangan memberi hangat dan sedikit harapan dalam lelehan keringat muncul sebuah tanya "kapan bisa beristri dua?"
puisi, kata hati dan cinta