Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2013

selamat tidur kekasih

indahkan aku dalam mimpimu hidupmu seperti indahnya semi bunga bunga aku akan menjadi hujan di subur tanah kasihmu tunas tunas cinta yang tumbuh biarkan mengisi semesta hatimu hatiku akar akar sayang itu indah menguatkan kamu dan aku
aku dan kekasihku seperti tetesan hujan dan tanah yang subur selalu saling menumbuhkan tunas tunas cinta yang indah selalu menumbuhkan akar akar kasih sayang yang kuat

trance

mengukir indah bayangmu hatiku pahatan pahatan napsu berhala berhala rindu tindih menindih menjadi gunungan tumpuk menumpuk magma tak terbendung leleh mengalir menuju samodra keringatmu kulayari gairah tak bertepi

mimpi yang tertunda

masih... kudayung perahuku pelan malam tanpa bintang semangat timbul tenggelam hanya kekerasan hati menguatkan ayunan langkah perlahan hingga saatnya kutemui indahnya secercah fajar saat cahaya menerangi kompasku jarumnya lurus menunjuk arah pelabuhan impian

mawar tanpa temali

biarkan saja mawar itu tetap mekar merona walau temali tak menguntai melati Penghias mahkota rambutmu mungkin hanya kabut halimun dan kembang edelwise yang mengerti abadinya hasratku walau ombak terlalu jauh menyentuh Pantaimu

dinding

pada sebuah dinding kutemukan selembar soneta sajak tentang kehangatan tanpa silsilah cinta yang diselimuti gumpalan gumpalan rindu dendam dalam bentangan jarak dan waktu bunga dibiarkan liar tanpa kekangan menyingkap kelopak api berselimut bara membakar sayap sayap kering lebah menggelepar bersama dalam irama kidung asmara yang tertumpah tali temali diikatkan tanpa simpul melilit garis garis patah tanpa celah menjelma sebentuk busur tanpa anak panah jemari melukis pecahan mimpi janji janji yang tak pernah diikatkan hanya pada malam genggaman dieratkan

perahu kita akan terus berlayar

perahu kita masih terus berlayar dihimpit badai menjejak gelombang dengan sebelah layar yang mungkin sengaja kulobangi dengan sayatan sayatan belati robek juga hatimu kemudinya patah atau mungkin sengaja kupotong? terombang ambing tak terarah terhisap pusaran waktu terperangkap dalam segitiga segitiga perahu kita masih terus berlayar mencoba melawan arus yang berputar dengan sebelah lambungnya yang mungkin sengaja kubuat retak dengan pukulan pukulan dusta remuk pula dirimu dan dengan cinta dan tulusmu kau jahit juga layar itu kau sumbat kembali retakan itu kau sambung kemudi itu dan perahu kita akan terus berlayar

larut

gerimis mengabut sulur sulur memerangkap rasa jarum jarum menusuki rindu terbang pusaran kama dalam dekapan sayap sayapnya terbang diatas hampa dinding dinding pelangi senyum dan kerling bidadari lembab bibir bibirnya meruap seribu beku kembang sebrang tengadah menantang hujan terbuncah jarum jarum gerimis jarum jarum rindu lebur dalam kelopakmu