Langsung ke konten utama

terminal terminal


langit sedikit redup
bersama aroma kopi berbau kentut
terminal tua itu terlarut
mungkin teringat pada pantat pantat kenyal
remaja yang tiap hari asik dirabainya
atau pada punggung punggung belia yang dulu
bersandar dan mesra diciuminya
juga pada khas wangi sopir dan kernetnya

angin mempercepat lajunya
tertusuk dagu rapuhnya semakin dalam lukanya
tercabut juga sehelai gentingnya
atap yang dulu menaungi kegagahannya
juga jiwa jiwa yang butuh keteduhannya
dari derasnya hujan dan panasnya isi kepala

kini...
dalam sepi ia meratap sendiri
hanya gerobak tua yang selalu lembut dibelainya dan

alunan pujianpujian padaNya mendekap setiap gigil malamnya 
terselimuti aroma dupa dari sebuah vihara
juga tua

aku..
hanya bisa menitip berita pada
sepasang merpati yang bercengkrama
'terminal baru itupun terabai takberguna'

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Y

mungkin kamu hendak menopang langit dengan kedua lenganmu yang tak pernah gamit atau kamu ingin sampaikan kemenangan atas sengatan sengatan takdir yang tak sepadan mungkin kamu adalah jalan lurus yang tiba tiba bercabang atau ketapel yang sesekali melontar kelengkeng madu kali yang lain batu dan inis bambu tetapi kamu bukan huruf yang sepenuhnya mati kamu sering ada dan terbawa dalam kata kata yang didalamnya kamu tak ada seperti mimpi mimpi indahku tentangnya

bermuda

rasaku selalu seperti air terus mengalir dan kamu sering menjadi angin ada saatnya mati dan dingin tetapi rindu adalah ombak mendebur pantai dan karang menyisir pasir, hatimu dan jantungku berdesir