Langsung ke konten utama

tersesat

menggerayangi betis betis waktu di kota penuh lumpia
bulu bulunya memelintir lebih dari separo umurku
meninggalkan kubangan kubangan kerbau dan cericit burung
bersama padi dan air sungainya yang bening

tak selesai mengeja ayat ayat kota yang seakan merdu memesona
terburu birahi terseret dalam bidak bidak nuansa merah membiru
serupa darah tapi lebih mirip gincu
mengkilat memompa hasrat semacam
 gadis gadis tanpa baju memanjakan syahwat

lupa pada kubangan kerbau dan cericit burung
larut dalam hentakan irama irama cleopatra yang binasa
tak ada bedanya antara gigitan ular dan minuman beracun atau opium
rebah tersungkur dalam cawat sutera menara berbau anggur

hilang
ingatan pada padi dan air sungainya yang bening
merenangi kolam kolam candu yang tak pernah mengering
kolam kolam lendir yang tak kentara berbau anyir
selokan yang tikusnya sebesar anak anjing menakuti kucing

menggerayangi betis betis waktu dengan bulu-bulunya yang memelintir
terjerembab  terhimpit bagai seorang pesakitan dalam penjara nuansa
merah membiru serupa darah tapi lebih mirip gincu



Komentar

Postingan populer dari blog ini

kasmaran

riak menggemuruh cahyamu mendebur degup jantungku irama irama semesta  sutera kama cita nestapa menggelegak asmarandana meliuk mengembang mengepak sayap sayap gelisah menerbagkan letupanletupan angan memeluk safa dan marwah terbenam aku dalam dekapan terdalam rasa rindu yang selalu merajam kemarilah kuning melati benamkan aromamu kedasar hati hangat tersepi ijinkan kutuangi cawanmu dengan anggur anggur surgawi tuak dari sari pohon jati terbang bersamaku tenggelamkan aku dalam rekah bibirmu biarkan kusulam hatimu dengan benangbenang bermadu karena kesumba itu telah menjadi candu

wanitaku

lalu apakah aku terlalu menakutkan bagimu seperti elang yang mengintai menunggu lengah dan siap mencabikcabik keakuanmu mencengkeram leher dan memburaikan rahsiamu? yang kamu tak ingin aku tau wanitaku aku tak akan mampu melakukan itu aku bukan elang bahkan sebelah sayapku masih patah untuk terbang sedangkan engkau lebih perkasa dari samodera lebih licin dan menyengat dari moa dan wanitaku aku tidak ingin mencabikcabik keakuanmu aku tidak ingin mencengkeram lehermu dan tetap akan kubiarkan semua yang tak hendak kau bagi padaku menjadi rahasia abadimu wanitaku aku hanya ingin kita sehangat dahana yang membakar tanpa memberi luka aku hanya ingin kita sesejuk kabut saling memberi kesejukan dalam kemarau yang kalut lalu, masih ingatkah engkau pada senja yang kita tuju? senja yang sempurna dengan bangaubangau yang bercengkerama ketika aku akan menggengam jemarimu saat engkau menyandarkan seluruhmu di pundak dan bahuku di jiwaku saat kita akan bersama melukis ...