Langsung ke konten utama

tersesat

menggerayangi betis betis waktu di kota penuh lumpia
bulu bulunya memelintir lebih dari separo umurku
meninggalkan kubangan kubangan kerbau dan cericit burung
bersama padi dan air sungainya yang bening

tak selesai mengeja ayat ayat kota yang seakan merdu memesona
terburu birahi terseret dalam bidak bidak nuansa merah membiru
serupa darah tapi lebih mirip gincu
mengkilat memompa hasrat semacam
 gadis gadis tanpa baju memanjakan syahwat

lupa pada kubangan kerbau dan cericit burung
larut dalam hentakan irama irama cleopatra yang binasa
tak ada bedanya antara gigitan ular dan minuman beracun atau opium
rebah tersungkur dalam cawat sutera menara berbau anggur

hilang
ingatan pada padi dan air sungainya yang bening
merenangi kolam kolam candu yang tak pernah mengering
kolam kolam lendir yang tak kentara berbau anyir
selokan yang tikusnya sebesar anak anjing menakuti kucing

menggerayangi betis betis waktu dengan bulu-bulunya yang memelintir
terjerembab  terhimpit bagai seorang pesakitan dalam penjara nuansa
merah membiru serupa darah tapi lebih mirip gincu



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Y

mungkin kamu hendak menopang langit dengan kedua lenganmu yang tak pernah gamit atau kamu ingin sampaikan kemenangan atas sengatan sengatan takdir yang tak sepadan mungkin kamu adalah jalan lurus yang tiba tiba bercabang atau ketapel yang sesekali melontar kelengkeng madu kali yang lain batu dan inis bambu tetapi kamu bukan huruf yang sepenuhnya mati kamu sering ada dan terbawa dalam kata kata yang didalamnya kamu tak ada seperti mimpi mimpi indahku tentangnya

bermuda

rasaku selalu seperti air terus mengalir dan kamu sering menjadi angin ada saatnya mati dan dingin tetapi rindu adalah ombak mendebur pantai dan karang menyisir pasir, hatimu dan jantungku berdesir