sesaat sebelum kudaki merbabu percikan cahaya matamu
menyinari redup jiwaku, hati setengah kosong ditinggalkan cinta
yang menghuninya. pesona lembut tatapanmu meniupkan semilir angin
mencipta riak riak gelombang, kecil tapi tak berakhir
di pos pertama dingin menerpa, tanganmu yang telanjang merintih kedinginan
tak mampu mengekang rasa, kuselimuti jemarimu dengan rajutan benang
warna merah jambu ujung jariku, meremang agak merah pipimu dalam keteduhan
mata secerah bintang berbalut senyuman, hangat merambati jantung sampai ke kaki
malam semakin tinggi, kita dirikan tenda diatas pelangi warna warni
dinding dindingnya memberi batas pada dinginnya angin yang menggigit dan hangatnya
secangkir pagutan pada manis bibirmu dari intipan rembulan yang tersenyum malu
esok ketika sang timur terjaga, menghalau sisa sisa embun di rambutmu
kita akan tumpahkan harapan pada puncak gunung dan akar edelweis
pada mata airnya untuk terus mengalir menambah riak gelombang kecil yang tak berakhir
menyinari redup jiwaku, hati setengah kosong ditinggalkan cinta
yang menghuninya. pesona lembut tatapanmu meniupkan semilir angin
mencipta riak riak gelombang, kecil tapi tak berakhir
di pos pertama dingin menerpa, tanganmu yang telanjang merintih kedinginan
tak mampu mengekang rasa, kuselimuti jemarimu dengan rajutan benang
warna merah jambu ujung jariku, meremang agak merah pipimu dalam keteduhan
mata secerah bintang berbalut senyuman, hangat merambati jantung sampai ke kaki
malam semakin tinggi, kita dirikan tenda diatas pelangi warna warni
dinding dindingnya memberi batas pada dinginnya angin yang menggigit dan hangatnya
secangkir pagutan pada manis bibirmu dari intipan rembulan yang tersenyum malu
esok ketika sang timur terjaga, menghalau sisa sisa embun di rambutmu
kita akan tumpahkan harapan pada puncak gunung dan akar edelweis
pada mata airnya untuk terus mengalir menambah riak gelombang kecil yang tak berakhir
Komentar