Langsung ke konten utama

bersemi di merbabu

sesaat sebelum kudaki merbabu percikan cahaya matamu
menyinari redup jiwaku, hati setengah kosong ditinggalkan cinta
yang menghuninya. pesona lembut tatapanmu meniupkan semilir angin
mencipta riak riak gelombang, kecil tapi tak berakhir

di pos pertama dingin menerpa, tanganmu yang telanjang merintih kedinginan
tak mampu mengekang rasa, kuselimuti jemarimu dengan rajutan benang
warna merah jambu ujung jariku, meremang agak merah pipimu dalam keteduhan
mata secerah bintang berbalut senyuman, hangat merambati jantung sampai ke kaki

malam semakin tinggi, kita dirikan tenda diatas pelangi warna warni
dinding dindingnya memberi batas pada dinginnya angin yang menggigit dan hangatnya
secangkir pagutan pada manis bibirmu dari intipan rembulan yang tersenyum malu

esok ketika sang timur terjaga, menghalau sisa sisa embun di rambutmu
kita akan tumpahkan harapan pada puncak gunung dan akar edelweis
pada mata airnya untuk terus mengalir menambah riak gelombang kecil yang tak berakhir

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Y

mungkin kamu hendak menopang langit dengan kedua lenganmu yang tak pernah gamit atau kamu ingin sampaikan kemenangan atas sengatan sengatan takdir yang tak sepadan mungkin kamu adalah jalan lurus yang tiba tiba bercabang atau ketapel yang sesekali melontar kelengkeng madu kali yang lain batu dan inis bambu tetapi kamu bukan huruf yang sepenuhnya mati kamu sering ada dan terbawa dalam kata kata yang didalamnya kamu tak ada seperti mimpi mimpi indahku tentangnya

bermuda

rasaku selalu seperti air terus mengalir dan kamu sering menjadi angin ada saatnya mati dan dingin tetapi rindu adalah ombak mendebur pantai dan karang menyisir pasir, hatimu dan jantungku berdesir