Langsung ke konten utama

belatung neraka

perasaan itu kembali mempermainkanku
menyelinap diantara tulang tulang igaku yang kerontang
menyergap
mengkoyak-koyak seonggok hati yang telah sekian lama
membusuk dikerumuni belatung belatung neraka

bahkan menghunus kampaknya
yang bermata dua memberi pesan dia bisa mrnghancurkan segala
yang bermain mendekatinya

dan aku tak peduli
dengan pongah menantangnya
yang sesungguhnya tak punya nyali

perasaan atau aku yang tak bernyali
aku juga tak peduli
nyatanya dia tak membiarkanku lari dan aku
tak mencegahnya berhenti

kembali belatung belatung itu yang menang
membawa pulang seonggok hati ke neraka untuk
mereka adakan pesta pora
sambil mendengarkan kidung pujian
senandung tuan tuan besar mereka

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kasmaran

riak menggemuruh cahyamu mendebur degup jantungku irama irama semesta  sutera kama cita nestapa menggelegak asmarandana meliuk mengembang mengepak sayap sayap gelisah menerbagkan letupanletupan angan memeluk safa dan marwah terbenam aku dalam dekapan terdalam rasa rindu yang selalu merajam kemarilah kuning melati benamkan aromamu kedasar hati hangat tersepi ijinkan kutuangi cawanmu dengan anggur anggur surgawi tuak dari sari pohon jati terbang bersamaku tenggelamkan aku dalam rekah bibirmu biarkan kusulam hatimu dengan benangbenang bermadu karena kesumba itu telah menjadi candu

wanitaku

lalu apakah aku terlalu menakutkan bagimu seperti elang yang mengintai menunggu lengah dan siap mencabikcabik keakuanmu mencengkeram leher dan memburaikan rahsiamu? yang kamu tak ingin aku tau wanitaku aku tak akan mampu melakukan itu aku bukan elang bahkan sebelah sayapku masih patah untuk terbang sedangkan engkau lebih perkasa dari samodera lebih licin dan menyengat dari moa dan wanitaku aku tidak ingin mencabikcabik keakuanmu aku tidak ingin mencengkeram lehermu dan tetap akan kubiarkan semua yang tak hendak kau bagi padaku menjadi rahasia abadimu wanitaku aku hanya ingin kita sehangat dahana yang membakar tanpa memberi luka aku hanya ingin kita sesejuk kabut saling memberi kesejukan dalam kemarau yang kalut lalu, masih ingatkah engkau pada senja yang kita tuju? senja yang sempurna dengan bangaubangau yang bercengkerama ketika aku akan menggengam jemarimu saat engkau menyandarkan seluruhmu di pundak dan bahuku di jiwaku saat kita akan bersama melukis ...